Friday, August 10, 2007

Andai Ku Punya Stadion Indoor

Malam itu, ketika sedang asyik jalan malam keliling Kota Samarinda, saya dikejutkan oleh siaran radio lokal yang menyebut-nyebut nama Pekalongan dalam beritanya. Wah ada apa nih? Setelah meminta perhatian sebentar dari dua kolega semobil, barulah saya mengetahui ternyata ada insiden dalam Konser Ungu di Kedungwuni yang menewaskan 10 orang. Innalillhai Wa Innailaihi Roji’un.
Berita yang tadinya saya pikir kabar baik yang pantas dibanggakan ternyata adalah berita duka yang pastinya sangat menyesakkan.
Selepas makan malam dengan menu sea food khas wilayah Indonesia Timur, kami diajak jalan-jalan melihat Stadion Madya Samarinda yang sedang disiapkan untuk penyelenggaraan PON di tahun 2008. Teman dari Samarinda ini rupanya ingin membanggakan fasilitas olah raga yang dimiliki kotanya. Jadi semacam gagasan dadakan sebelum menuju ke Tepian Sungai Mahakam sebagai tujuan utama. Tak berapa lama mobil berbelok ke kanan menuju kompleks baru dengan jalan boulevard di depannya.
Awalnya saya bereaksi biasa-biasa saja karena penerangannya masih minim jadi masih terlihat gelap. Namun semakin mendekat dan semakin memperhatikan, saya berubah menjadi kagum dibuatnya. Bayangkan, fasilitas olahraga untuk event yang masih 2 tahun ke depan sudah tertata cukup rapi. Persis di tengah kompleks, di ujung boulevard, berdiri megah stadion madya yang berdesain modern. Di sisi kanannya berdiri wisma atlet yang dari segi fisiknya layak masuk kategori hotel bintang empat. Nggak kalah dengan Hotel Atlet di Senayan, apalagi dibanding dengan Hotel Nirwana di Pekalongan. Belum lagi stadion indoor di sisi kirinya yang nampak sudah siap dimanfaatkan. Dan memang, dari kejauhan terlihat aktivitas beberapa pemuda sedang latihan seni, sementara kelompok pemuda lainnya sedang berlatih beladiri. Wah..wah hebat ya, apalagi dari koran lokal ternyata sedang ramai dibicarakan tentang pembangunan stadion utamanya. Kalau begini sih bukan saja PON, tuan rumah Sea Games pun cukup layak.
Kembali ke laaaptop …….., eh insiden di Pekalongan, karena penasaran esok paginya saya cari berita di TV. Kebetulan beberapa stasiun TV dan bahkan koran lokal memberitakannya jadi saya mendapat gambaran yang cukup jelas. Dari rangkuman berita dapat saya simpulkan bahwa penyebab utamanya adalah minimnya kapasitas dan fasilitas stadion serta ulah penonton yang tergesa berebut ke luar stadion. Kemudian salah satu poin penting temuannya adalah bahwa insiden yang serupa kerap terjadi pada penyelenggaraan konser di stadion terbuka. Hal ini bisa terjadi karena penonton tak bertiket biasanya memaksa masuk sehingga memicu kerusuhan.

Andai Ku Tahu
Kapan Tiba Ajalku
Ku akan memohon
Tuhan tolong panjangkan umurku

Andai Pekalongan punya stadion indoor, akankah Tuhan menunda ajalnya? Wallahu ‘alam. Manusia tak akan pernah tahu kapan ajal akan menjemput. Yang bisa dilakukan hanyalah berencana dan berbuat sebaik mungkin, sedang Tuhan jualah yang menentukan. Terlepas dari kebutuhan meminimalkan risiko dalam konser-konser musik, Pekalongan memang sudah selayaknya mempunyai stadion tertutup terutama stadion indoor. Tidak perlu sebesar Samarinda yang memang kaya SDA sehingga PAD-nya melimpah dan tidak juga seperti kota-kota besar lainnya, tapi cukup stadion yang pas dengan kebutuhan dan sesuai kemampuan pemkot.
Ada banyak alasan kenapa stadion indoor dibutuhkan. Keamanan yang lebih terjamin, kualitas acara yang lebih menjanjikan dan yang tidak kalah penting adalah faktor kebanggaan bagi warganya. Bukankah stadion indoor (GOR) bisa menjadi landmark kota. Sedang dari segi pemanfaatannya, seabreg acara bisa diagendakan. Tidak sekedar konser-konseran, tetapi juga dapat menjadi ajang unjuk kreativitas warganya, expo, pameran buku dll, acara sosial dan keagamaan serta event-event olahraga.
Dan demi waktu, kebutuhan itu adalah suatu keniscayaan. Nah nimbang sekedar berharap dan tidak ada tindak lanjutnya, bukankah sebaiknya para alumni yang merintisnya. Dengan segenap potensinya para alumni dapat menggagas dan mendorong pemkot untuk memprioritaskan pembangunannya. Syukur-syukur bisa menyodorkan proposal, desain dan penggalangan dana pendampingnya. Bagaimana alumni dan bagaimana Pemkot dan DPRD?
Semoga saja insiden di Kedungwuni ini merupakan insiden berdarah yang terakhir di Pekalongan. Kami ikut berduka.

No comments: