Hari ini, tanggal 20 Maret, sebagian masyarakat dunia sedang memperingati World Water Day (Hari Air Sedunia). Peringatan yang digagas sejak tahun 1992 saat Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (UNCED) di Rio de Janeiro ini mempunyai agenda antara lain menyediakan fresh water (air bersih). Meski air merupakan kebutuhan vital manusia, sayangnya tak banyak masyarakat yang peduli tentang peringatan dan makna Hari Air Sedunia ini. Menyedihkan memang, padahal dalam kesehariannya mereka semakin dirundung oleh sulitnya mengendalikan air. Di musim hujan kebanjiran air, di musim panas kekurangan air apalagi air bersih.
Mendapatkan akses air bersih memang bukan hal yang mudah di Indonesia. Dalam masyarakat yang mayoritas masih mengandalkan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari, air bersih menjadi barang langka. Tak sedikit orang yang kecewa dengan kualitas air tanahnya. Keluhan yang sering ditemui umumnya keruh, air berwarna kuning atau bau besi.
Nah, dalam rangka peringatan Hari Air Sedunia, saya mencoba berbagi pengalaman menjernihkan air. Metode yang saya gunakan berbasis pada pengalaman yang saya terapkan di rumahku Vila Nusa Indah Bogor, dengan menggunakan metode penjernihan layaknya akuarium. Metode ini telah saya terapkan lebih dari lima tahun dan terbukti cukup aman dan murah untuk memroses penjernihan air dengan hasil yang tidak mengecewakan. Bahkan metode ini sudah diterapkan di rumah Pekalongan dan rumah Tanteku di Semarang yang keduanya berhasil menjernihkan air dalam kurun 2 tahun belakangan ini. Mau mencoba?
Proses Penjernihan. Penjernihan dengan model akuarium ini pada prinsipnya bekerja melalui proses penyaringan air secara berulang dalam tandon air. Air masukan dari sumur dialirkan langsung ke dalam tandon sampai posisi upper level (disarankan memakai sensor air model Radar). Air yang tertampung kemudian dipompakan ke penyaring air yang ditempatkan di mulut tandon air. Setelah tersaring, air akan jatuh kembali ke tandon air yang oleh pompa akan kembali dipompakan ke atas. Demikian, proses ini berlangsung secara terus-menerus sehingga air akan tersaring secara merata.
Peralatan yang Dibutuhkan. Dalam pengadaan peralatan yang dibutuhkan, para pembaca diasumsikan sudah mempunyai tandon air untuk keperluan penyimpanan dan distribusi air. Karenanya peralatan yang dibutuhkan dibatasi pada komponen penjernihannya saja yaitu:
1. Pompa Akuarium
Pompa akuarium yang dipilih cukup yang berdaya kecil agar tidak boros listrik. Kecilnya kapasitas dan daya sembur air yang dihasilkan tidak terlalu menjadi masalah karena yang penting suplainya stabil sehingga tidak mengganggu proses penyaringan.
2. Slang dan Katup Perata Air
Slang air dibutuhkan untuk menyalurkan air pompaan ke penyaring. Slang air yang dibutuhkan dapat berupa slang air standar akuarium atau slang plastik biasa dengan diameter yang sesuai. Sedang katup perata air diperlukan untuk meratakan sebaran air dalam saringan agar proses penyaringan menjadi lebih sempurna.
3. Ember atau Wadah Saringan
Ember atau wadah yang dipilih harus mempunyai ukuran yang sesuai dengan mulut atau lubang bukaan tandon air yang ada. Kegunaan dari ember ini adalah untuk menempatkan saringan air sekaligus sebagai ganti penutup standar tandon air (penutup standar terpaksa dipensiunkan).
4. Bahan Penyaring
Bahan penyaring cukup menggunakan saringan akuarium (filter mat) yang biasanya berbahan serat nylon. Selain murah, jenis saringan ini terbukti efektif menyaring larutan dalam air dan mudah perawatannya.
5. Penutup Saringan Air
Meski air dalam tandon sudah dalam posisi tertutup ember atau wadah saringan, namun saringannya sendiri masih dalam posisi terbuka. Untuk menghindari bersarangnya nyamuk, tutuplah dengan kain atau bahan penutup lainnya terutama yang berpori-pori kecil.
Penjernihan yang Efektif dan Efisien. Setelah alat penjernihan di atas bekerja selama 3-5 jam, air tandon dijamin mulai jernih dan siap untuk digunakan. Mengingat metode ini bekerja melalui penyaringan berulang, upayakan agar posisi air dalam tandon tidak terkuras habis. Namun jangan kuatir, untuk pemakaian normal, air dapat digunakan secara kontinyu tanpa masa jeda.
Metode penjernihan ini mempunyai keunggulan karena memroses penjernihan di titik sentral distribusi air. Dengan demikian, air hasil penjernihan dapat langsung terdistribusi ke setiap titik kran tanpa membutuhkan aktivitas tambahan. Dengan membuka kran yang sama, pengguna akan memperoleh air dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan yang sebelumnya. Praktis bukan.
Keunggulan lainnya dari metode ini adalah minimnya biaya instalasi. Pembaca yang ingin menerapkannya cukup merogoh kocek tak lebih dari Rp100.000. Investasi yang cukup murah mengingat instalasi tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu lebih dari tiga atau empat tahun. Adapun biaya operasionalnya juga cukup murah karena hanya akan mengkonsumsi listrik tidak lebih dari 10 KWH per bulan.
Nah dibalik segala keunggulan tersebut, penjernihan ala akuarium ini memang mempunyai kelemahan karena membutuhkan perawatan rutin untuk membersihkan filter mat-nya. Frekuensinya tergantung dari kualitas air sumur yang diolah. Paling tidak dalam tempo 1-2 minggu pengguna harus membersihkan bahan penyaring. Cukup merepotkan memang. Namun demikian, kerepotan dalam perawatan ini sebenarnya terkompensasi dengan berkurangnya pekerjaan menguras tandon karena air yang berada di dalamnya selalu dalam keadaan bersih.
Nah bagi para pembaca yang kesulitan mendapatkan air bersih tidakkah tertarik untuk menerapkan metode ini? Selamat mencoba, semoga berhasil.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment